Subscribe:

Rabu, 07 November 2012

Awas, Obat Alergi dan Insomnia Bisa Bikin Orang Pelupa


Awas, Obat Alergi dan Insomnia Bisa Bikin Orang Pelupa


Obat memang sering digunakan orang untuk meredakan atau menyembuhkan penyakit. Namun obat itu juga bisa memberikan efek samping bagi penggunanya. Penelitian terbaru mengungkapkan obat bisa menyebabkan orang menjadi pelupa.

Sering menggunakan obat untuk insomnia, kecemasan, gatal, atau alergi bisa meningkatkan dampak yang negatif untuk memori seseorang atau konsentrasi pada orang yang lebih tua.

Hingga 90 persen orang yang berusia di atas 65 tahun setidaknya diberi satu resep obat. 18 Persen dari kelompok usia ini juga mengeluhkan masalah memori dan ditemukan memiliki defisit kognitif ringan.

Penelitian yang dilakukan Dr Cara Tannenbaum, profesor kedokteran dan farmasi di University of Montreal di Kanada, menunjukkan mungkin ada hubungan antara obat dan ingatan seseorang.

Dia baru-baru ini memimpin tim peneliti internasional untuk menyelidiki obat mana yang paling mungkin mempengaruhi amnestik (ingatan) atau non-amnestik (perhatian, konsentrasi, kinerja) fungsi otak.

Tannenbaum menyimpulkan, beberapa obat dapat mempengaruhi kedua fungsi otak, dan peyebab kehilangan ingatan itu sering diabaikan. Benzodiazepin, yang sering digunakan untuk mengobati kecemasan dan insomnia, ditemukan bahwa obat ini secara konsisten menyebabkan gangguan dalam memori dan konsentrasi.

Tes-tes lain pada antihistamin dan antidepresan ditemukan mengurangi perhatian dan pengolahan informasi.

Temuan Dr Tannenbaum mendukung rekomendasi yang dikeluarkan oleh American Geriatrics Society bahwa semua obat tidur, antihistamin generasi pertama, dan antidepresan trisiklik harus dihindari pada orang usia lanjut. "Pada orang tua ini sangat penting untuk mengurangi risiko yang terkait dengan obat-obatan ini," ujarnya seperti dikutip laman Dailymail, Rabu (7/11).

"Pasien memerlukan informasi ini sehingga mereka lebih nyaman berbicara dengan dokter mereka dan apoteker tentang pilihan pengobatan farmakologis atau non-farmakologis yang lebih aman."

Namun ia mengingatkan, setiap kasus tergantung dari masing-masing pasien. "Meskipun risikonya sudah diketahui, mungkin untuk beberapa pasien lebih baik melanjutkan pengobatan mereka daripada harus hidup dengan gejala yang tidak bisa ditolerir," imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar